Perbedaan Psikologi dan Bimbingan Konseling

perbedaan psikologi dan bimbingan konseling

Perbedaaan psikologi dan bimbingan konseling sering dijumpai di dalam konteks lembaga pendidikan. Terlebih, era sekarang lembaga pendidikan saling berkompetisi memberikan layanan kepada para peserta didik. Anda pastinya tidak heran, sekolah yang mempunyai notaben nama besar berbanding lurus dengan para pengajarnya. Semisal, sering dijumpai lowongan kerja yang membutuhkan guru bimbingan dan konseling, namun persyaratannya dari lulusan sarjana psikologi, atau sarjana bimbingan konseling. Sebagian kalangan ada yang kontra, ini kan wilayah kami? Kok bisa jurusan lain juga boleh melamar posisi sebagai guru bimbingan dan konseling. 
 
Pada artikel ini, penulis ingin menjelaskan perbedaan dasar dari kedua jurusan tersebut (psikologi dan bimbingan konseling) agar para pembaca lebih bisa memahami ternyata meskipun bisa berada sama di lembaga pendidikan, namun masing-masing mempunyai batasan wilayahnya sendiri. Perbedaan psikologi dan bimbingan konseling, di dalam wilayah kerja maka ada sebutan psikolog dan guru bimbingan konseling:  

A. Latar Belakang Pendidikan

  1. Guru Bimbingan Konseling : Guru Bimbingan Konseling minimal sarjana Bimbingan Konseling (BK), jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB).
  2. Adapun psikolog ialah sarjana psikologi yang sudah menempuh pendidikan profesi (S2), sehingga bisa melaksanakan praktik psikolog.

 B. Aspek Pekerjaan

  1. Guru Bimbingan Konseling menduduki bidang pembimbingan siswa dalam keseluruhan proses dan aktivitas pengajaran, yakni peningkatan diri peserta didik sesuai keperluan, kekuatan, talenta, ketertarikan, dan kepribadian peserta didik di sekolah.
  2. Psikolog memiliki pekerjaan membantu sekolah secara keseluruhan, hingga lebih menjadi efisien dalam memberikan dukungan kebutuhan khusus dari siswa dalam pengajaran, meningkatkan proses sikap yang efektif, dan mengembangkan peraturan lebih efisien dalam rencana menambah performa dan kualitas sekolah.

C. Ruang Lingkup Kerja

  1. Guru bimbingan konseling / konselor (menurut PP No. 74 Tahun 2008) mempunyai pekerjaan, tanggungjawab, kekuatan dalam implementasi pengarahan konseling pada peserta didik. Pekerjaan guru bimbingan konseling yakni menolong peserta didik dalam: 1) Peningkatan kehidupan individu, yakni bidang pengarahan dalam membantu peserta didik mendalami dan menilai minat dan bakat. 2) Peningkatan kehidupan sosial, yakni bidang bimbingan untuk menolong peserta didik dalam memahami dan menilai serta meningkatkan kekuatan jalinan sosial dan industrial yang serasi, aktif, berkeadilan, serta bermartabat. 3) Peningkatan kekuatan belajar, yakni sektor bimbingan untuk membantu peserta didik meningkatkan kekuatan belajar guna mengikuti pengajaran sekolah secara berdikari. 4) Peningkatan karier, yakni sektor bimbingan untuk membantu peserta didik dalam memahami dan memandang info, memilih dan memutuskan karier.
  2. Psikolog pendidikan: Menuntaskan permasalahan pendidikan semenjak pendidikan pra sekolah sampai perguruan tinggi, seting kelas, mekanisme sekolah, dan lain-lain. Adapun pekerjaan psikolog dengan detail ialah sebagai berikut: 1) Melaksanakan assesmen dan intervensi siswa sekolah; 2) Dialog berkenaan fungsi mekanisme sekolah; 3)·Melakukan assesment pada beberapa anak pra-sekolah di dalam rumah dan di sekolah guna memberi referensi alur sekolahnya; 4)·Rekruitmen dan penyeleksian staff sekolah; 5) Melaksanakan riset dan penilaian di sekolah (siswa autis, disleksi, diskalkulia, dsb); 6)·Pelatihan, misalnya memberi training keterampilan konseling, training untuk guru dalam menghadapi anak yang susah belajar atau dyslexia, training ketrampilan sosial, stress manajemen, dan adolescent counseling; 7)·Assesment orang dewasa untuk melanjutkan ke level pendidikan tinggi; 8) Memberi advice pengajaran terkait dengan penilaian resmi di sekolah dengan ketentuan-peraturan pengajaran; 9)·Konseling pada orangtua siswa; 10)·Assesment untuk kebutuhan pendidikan khusus dan disabilitas, suport dan keperluan dalam seting sekolah; 11)·Terapi keluarga dan terapi individu
LihatTutupKomentar